Kilas Benih dan Sang Penjual
Hari itu mentari sinarnya menghangatkan seisi bumi. Burung-burung bersorak-sorai gembira dengan kicaunya menyambut datangnya pagi. Semua orang bersiap-siap untuk melakukan aktifitasnya pada hari itu. Begitu pula dengan saya. Bangun , melangkahkan kaki keluar rumah, sejenak memandang sekeliling sambil menghirup udara segar yang telah disediakan alam. Tak lama saya pun bergegas membersihkan diri dan berpakaian rapi, saya pun menghampiri beat yang menjadi sahabat karib yang selalu menemani kemana pun saya pergi. Cesk cesk, begitulah kira-kira suaranya ketika dinyalakan. Setelah berpamit pada orang seisi rumah, saya pun berangkat menuju Stasiun Bogor untuk menemui teman sekelompok untuk melakukan kegiatan pertama tugas mata kuliah Teknopreneur sampai pukul 12.00 WIB.
Fachri, teman kelompok dalam tugas mata kuliah Ilmu dan Teknologi Benih pun tiba di Stasiun Bogor pukul 14.00 WIB, dan kami pun langsung tancap gas menuju Toko Tani Jaya yang terletak di sekitar Pasar Anyar, Bogor. Motor pun saya parkirkan depan toko dan kemudian masuk kedalamnya. Kami disambut oleh beberapa pekerja dan menanyakan apa yang ingin dicari. Dengan membeli sedikit barang-barang, kemudian kami mengemukakan maksud dan tujuan kami wawancara seputar benih. Dan sang pemilik toko menyetujuinya.

Dalam menjual benih, Pa Egy tidak terlalu memerhatikan benih-benih apa saja yang paling laku di jual, karena dia hanya sebagai penjual saja. Ketika kami tanya apakah Pa Egy berniat untuk menjadi penjual benih, dia berkata sangat mengetahui bagaimana rumitnya prosedur-prosedur yang harus dilakukan dan jalur-jalur yang dilewati karena terdapat “permainan” di dalam regulasi pemerintahan maka ia memutuskan untuk jadi penjual saja. Benih yang dijual Pa Egy keseluruhannya bersertifikat walau tidak semua konsumen menanyakan hal tersebut.
Komentar
Posting Komentar