Kilas Benih dan Sang Penjual

Hari itu mentari sinarnya menghangatkan seisi bumi. Burung-burung bersorak-sorai gembira dengan kicaunya menyambut datangnya pagi. Semua orang bersiap-siap untuk melakukan aktifitasnya pada hari itu. Begitu pula dengan saya. Bangun , melangkahkan kaki keluar rumah, sejenak memandang sekeliling sambil menghirup udara segar yang telah disediakan alam. Tak lama saya pun bergegas membersihkan diri dan berpakaian rapi, saya pun menghampiri beat yang menjadi sahabat karib yang selalu menemani kemana pun saya pergi. Cesk cesk, begitulah kira-kira suaranya ketika dinyalakan. Setelah berpamit pada orang seisi rumah, saya pun berangkat menuju Stasiun Bogor untuk menemui teman sekelompok untuk melakukan kegiatan pertama tugas mata kuliah Teknopreneur sampai pukul 12.00 WIB.

Fachri, teman kelompok dalam tugas mata kuliah Ilmu dan Teknologi Benih pun tiba di Stasiun Bogor pukul 14.00 WIB, dan kami pun langsung tancap gas menuju Toko Tani Jaya yang terletak di sekitar Pasar Anyar, Bogor. Motor pun saya parkirkan depan toko dan kemudian masuk kedalamnya. Kami disambut oleh beberapa pekerja dan menanyakan apa yang ingin dicari. Dengan membeli sedikit barang-barang, kemudian kami mengemukakan maksud dan tujuan kami wawancara seputar benih. Dan sang pemilik toko menyetujuinya.

Bapak Egy yang menjadi pemilik Toko Tani Jaya yang beralamat di Jalan Dewi Sartika 36 A, Bogor. Toko ini berdiri kurang lebih tahun 1970an sebelum BPSB terbentuk. Di toko ini menjual berbagai macam alat pertanian dan benih yang biasanya laku dijual. Benih yang dijual berasal dari beberapa produsen ataupun ada yang diperoleh dengan mencari suplier sendiri baik dari dalam maupun luar negeri. Benih yang rentan dan mahal disimpan di dalam kulkas dan yang biasa di simpan dalam etalase biasa. Menurut Pa Egy pribadi, tidak ada batasan pasti untuk lama penyimpanan benih di toko, jika masih bagus dijual kembali jika rusak dibuang sehingga untuk keterangan kadaluarsa tidak terlalu diperhatikan karena benih merupakan makhluk hidup juga, apabila tanggal mati ditulis maka seharusnya ada tanggal kelahiran benih. Namun biasanya jika benih mencapai tanggal kadaluarsa sudah sampai maka kita tukarkan kembali.

Dalam menjual benih, Pa Egy tidak terlalu memerhatikan benih-benih apa saja yang paling laku di jual, karena dia hanya sebagai penjual saja. Ketika kami tanya apakah Pa Egy berniat untuk menjadi penjual benih,  dia berkata sangat mengetahui bagaimana rumitnya prosedur-prosedur yang harus dilakukan dan jalur-jalur yang dilewati karena terdapat “permainan” di dalam regulasi pemerintahan maka ia memutuskan untuk jadi penjual saja. Benih yang dijual Pa Egy keseluruhannya bersertifikat walau tidak semua konsumen menanyakan hal tersebut.




Akhir dari wawancara kami Pa Egy mengharapkan agar dicantumkannya tanggal pembuatan benih disamping tanggal kadaluarsa agar konsumen bisa mempercayainya. 

Komentar

Postingan Populer